Selasa, 12 Februari 2019

Konsep Masjid bergaya Arsitektur Utsmaniyah (Kekaisaran Ottoman) khas Turki Masjid Camii,Shibuya,Jepang


Abstrak
Arsitektur islam selama ini identik dengan arsitektur Masjid dengan berbagai ornamen di dalamnya. Penggunaan ornamen tersebut cenderung menggambarkan bahwa arsitektur islam adalah arsitektur yang mewah dan memerlukan dana yang tidak sedikit dalam merealisasikannya. Padahal di dalam islam sendiri diajarkan agar tetap hidup sederhana karena tidak semua hal yang sederhana itu tidak bagus. Dari sebuah konsep kesederhanaan kita dapat mewujudkan sebuah rancangan yang indah dan elegan dengan inovasi dan variasi yang dapat dikombinasikan dengan ornamen-ornamen islam yang dulu pernah populer. Dengan menggunakan metode kajian pustaka dan pengumpulan data, kita akan melihat konsep kesederhanaan yang dianjurkan dalam islam dapat menjadi sebuah arsitektur yang dapat diterapkan hingga kini dan dapat berbaur dengan arsitektur di sekitarnya melalui gubahan bentuk bangunan, fasade, maupun interior bangunan. Dengan konsep kesederhanaan ini kita juga dapat menunjukkan bahwa islam bersama arsitekturnya adalah arsitektur yang ramah terhadap alam dan lingkungan sekitarnya serta terbuka bagi seluruh kaum yang ada.
Kata Kunci: Arsitektur Islam, Konsep Ottoman, Ornamen

Pendahuluan
Masjid merupakan simbol budaya Islam dan juga wadah untuk bersosialisasi bagi umat Islam, seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW, bahwa beliau menjadikan masjid sebagai basis dakwah serta interaksi sosial beliau terhadap umat Islam yang menerima ajarannya. Dalam sejarah Islam masjid banyak dibangun dalam bentuk dan rupa yang artistik. Titik puncak kejayaan Islam yang diperlihatkan dari segi karya arsitekturnya setelah Rasulullah SAW wafat adalah pada masa pemerintahan kekhalifahan Abbasiyah pada masa 737-961M (Ansary, 2012: 146-161). Arsitektur islam memang erat kaitannya dengan arsitektur Masjid, mulai dari segi tatanan ruang, ornamentasi, hingga struktur yang digunakan dalam bangunan tersebut. Banyak yang menilai bahwa arsitektur islam dan arsitektur masjid identik dengan pemakaian ornamentasi yang cukup banyak  dan beragam serta terdapat tidak hanya pada eksterior bangunan, melainkan hingga interior bangunan. Masjid merupakan simbol budaya Islam dan juga wadah untuk bersosialisasi bagi umat Islam, seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW, bahwa beliau menjadikan masjid sebagai basis dakwah serta interaksi sosial beliau terhadap umat Islam yang menerima ajarannya. Dalam sejarah Islam masjid banyak dibangun dalam bentuk dan rupa yang artistik. Titik puncak kejayaan Islam yang diperlihatkan dari segi karya arsitekturnya setelah Rasulullah SAW wafat adalah pada masa pemerintahan kekhalifahan Abbasiyah pada masa 737-961M (Ansary, 2012: 146-161). Menurut Ismail Raji Al-Faruqi arsitektur termasuk dalam esensi seni menurut islam, hal ini dikarenakan arsitektur merupakan seni visual yang mendukung kemajuan islam.
Melalui dunia arsitektur, islam dapat dikenal oleh banyak kalangan, mulai dari cendekiawan hingga orang awam. Arsitektur Masjid yang khas dengan ornamentasi bergaya arabesque sering dijadikan patokan bahwa arsitektur islam sama dengan arsitektur bergaya arabesque memiliki corak ornamentasi yang sifatnya simetris dan bermain dengan warna. Padahal tidak selamanya arsitektur islam identic dengan arsitektur bergaya arabesque. Pada hakikatnya arsitektur islam tidak hanya arsitektur bergaya arabesque, akan tetapi seni arsitektur yang memiliki ketepatan fungsi, mencerminkan sebuah kesederhanaan, orang yang berada di dalam bangunan terutama bangunan Masjid dapat merasakan kekhusyukan dan kebesaran Allah, dan saat mereka melakukan aktivitas di dalamnya dapat merasakan kenyamanan dan ketenangan. Arsitektur islam tidak harus ditekankan pada ornamentasinya terutama pada interior karena ornamentasi pada interior bangunan terutama bangunan Masjid dapat mengurangi konsentrasi pengguna dalam beribadah. Auliyah menuturkan bahwa arsitektur sebagai salah satu bidang keilmuan hendaknya juga selalu berpijak pada nilai-nilai islam yang bersumber pada al-Qur’an. Nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an terutama yang mengenai dengan arsitektur dan lingkungan dapat dijadikan dasar dalam berarsitektur agar bangunan yang dirancang dapat menjadi Rahmatan Lil ‘Alamin.

Kajian Pustaka
Arsitektur Islam
Arsitektur Islam adalah itu adalah arsitektur yang di dalamnya nilai Islam diterapkan, seperti nilai penghambaan terhadap Allah melalui desain bangunan, nilai kesederhanaan, nilai keadilan, nilai pengakuan terhadap hak orang lain, dan nilai-nilai Islam yang ada.[1]

Arsitektur Utsmaniyah
Arsitektur Utsmaniyah adalah arsitektur Kesultanan Utsmaniyah (Kekaisaran Ottoman) yang bermunculan di Bursa dan Edirne pada abad ke-14 dan ke-15. Arsitektur kekaisaran tersebut berkembang dari arsitektur Seljuk yang lebih awal dan dipengaruhi oleh arsitektur Bizantium, juga arsitektur Iran. serta tradisi Islami Mamluk setelah penaklukkan Konstantinopel oleh kaum Utsmaniyah.Selama hampir 400 tahun artefak-artefak arsitektural Bizantium seperti gereja Hagia Sophia berperan sebagai model untuk banyak masjid Utsmaniyah. Secara keseluruhan, arsitektur Utsmaniyah dideskripsikan sebagai arsitektur Bizantium yang dipadukan dengan tradisi-tradisi arsitektural Mediterania dan Timur Tengah.

Karenanya, atau sejak saat itu, kaum Utsmaniyah mencapai arsitektur tingkat tertinggi di negeri mereka. Mereka menguasai teknik membangun ruang dalam yang luas yang dilingkupi dengan kubah besar namun tampak ringan, dan meraih harmoni sempurna antara ruang dalam dan luar, serta bayangan dan cahaya yang artikulasikan. Arsitektur keagamaan Islami yang hingga saat itu merupakan bangunan sederhana dengan dekorasi ekstensif, ditransformasikan oleh kaum Utsmaniyah melalui suatu perbendaharaan arsitektural yang dinamis pada lengkungan, kubah, setengah kubah, dan tiang (kolom). Masjid ditransformasi dari sebuah ruang yang gelap dan sempit
dengan dinding bercorak arabes menjadi sebuah tempat sakral dengan keseimbangan teknis dan estetika, mempertajam keanggunan dan indikasi transendensi surgawi.

Pembahasan
unspecified3_fotor

Pembangunan Masjid Tokyo Camii dilakukan pada tahun 1938, saat orang dari provinsi Qazan di Turki datang ke Jepang dan membangun masjid ini.
Setelah Revolusi Rusia pada tahun 1917, bangsa Tatar mengungsi untuk melarikan diri dari tekanan, penindasan dan genosida melalui Manchuria. Pemerintah Jepang mengeluarkan visa untuk menerima mereka, mereka mulai bermigrasi ke Jepang dan terbiasa hidup di Jepang. Pemerintah Jepang mengumpulkan dana dari beberapa perusahaan dan meminta kontribusi dari banyak umat Muslim sehingga berhasil membangun masjid.
Penerapan Konsep Ottoman khas turkey sangat jelas terlihat pada eksterior Masjid. Konsep ottoman yang tampak pada Masjid ini terlihat pada bentuk bangunan  arsitektural yang dinamis pada lengkungan, kubah, setengah kubah, dan tiang (kolom). Masjid ditransformasi dari sebuah ruang yang gelap dan sempit dengan dinding bercorak arabes menjadi sebuah tempat sakral dengan keseimbangan teknis dan estetika, mempertajam keanggunan dan indikasi transendensi surgawi, dan bertujuan memaksimalkan penggunaan ruang di dalamnya. Bangunan berbentuk kotak berusaha meminimalisir timbulkanya efek ruang negative pada bangunan. Tidak hanya bentuk bangunan yang kotak, ornamentasi yang digunakan pada Masjid ini juga  banyak menggunakan ornamen khas turkey yang sangat menonjol. Fasade bangunan yang didominasi penggunaan batu alam berwarna krem.. Nilai-nilai keislaman tentang kesederhanaan sangat diterapkan oleh sang arsitek dalam usaha menciptakan sebuah rumah ibadah kaum minoritas yang tetap berbaur dengan lingkungan tempat Masjid dibangun
dsc_1023

Pada tahun 2000, Masjid Tokyo Camii direnovasi untuk meremajakan bangunan masjid yang sudah tua. Selain air, baja dan beton, material yang digunakan dalam renovasi ini semuanya berasal dari Turki. Sejak renovasi itu bangunan masjid dengan arsitektur bergaya Ottoman Turki ini selalu dipandang bernilai tinggi dan menawan.
Pada lantai pertama, Anda dapat menemukan toko suvenir yang menyediakan karya seni dan kerajinan tradisional Turki, serta ruang yang digunakan untuk mengadakan seminaratauacara.
unspecified1_fotorunspecified16

Pameran karya seni
Ini sangat menarik menurut saya, selain kita beribadah shalat dimasjid ini kita juga dapat melihat lihat karya seni tradisional turkey maupun ingin membeli souvenir itu sendiri.
camii1
Di dalam ruang shalat
-Didalam ruang sholat memberikan kesan begitu nyaman agar jamaah yang datang dapat shalat dan berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.

dsc02578
Dinding masjid
-Dinding masjid banyak dihiasi dengan ornamen ornamen khas turkey yang membuatnya semakin elegan dan menyegarkan mata.

unspecified4_fotor
Di dalam kubah masjid
unspecified11_fotor
Arsitektur Islami dengan pola geometris yang unik.

Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa arsitektur islam erat kaitanya dengan arsitektur Masjid. Dari dunia arsitekturlah islam dapat dikenal luas oleh masyarakat karena keindahan ornamen yang sering ditonjolkan pada bangunan Masjid.Misalnya masjid camii ini Salah satu yang menerapkan prinsip arsitektur ottoman yang dikenal dengan ornamen ornamennya yang khas dan unik .
Masjid Camii tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, akan tetapi juga digunakan sebagai pusat kebudayann turkey yang ada dijepang dan tempat menikah muslim yang berada di jepang, tempat musyawarah, pameran seni, perpustakaan, Masjid ini mampu membuktikan kebatilan islam sebagai agama Rahmatan Lil ‘Alamin dan dapat diterima ditengah-tengan masyarakat tanpa harus takut terusik dan hal-hal semacamnya..
Konsep ottoman khas turkey sangan jelas terlihat pada eksterior Masjid. Mulai dari penggunaan material dinding berupa batu alam dengan berbagai warna elemen ekterior . dan banyak ornamen ornamen khas turkey pada bangunan ini.

Daftar Pustaka
·         Ansary, Tamim. 2009. Destiny Disrupted: A History Of The World Through Islamic Eyes Atau Dari Puncak Bagdad: Sejarah Dunia Versi Islam. Terjemahan. Yuliani Liputo. 2012. Jakarta: Zaman
·         https://ganaislamika.com/suleiman-agung-6-pencipta-gaya-arsitektur-ottoman/






r
u
t
k
e
t
i
s
r
A
k
i
n
k
e
T