Abstrak
Arsitektur islam selama ini identik dengan
arsitektur Masjid dengan berbagai ornamen di dalamnya. Penggunaan ornamen
tersebut cenderung menggambarkan bahwa arsitektur islam adalah arsitektur yang
mewah dan memerlukan dana yang tidak sedikit dalam merealisasikannya. Padahal
di dalam islam sendiri diajarkan agar tetap hidup sederhana karena tidak semua
hal yang sederhana itu tidak bagus. Dari sebuah konsep kesederhanaan kita dapat
mewujudkan sebuah rancangan yang indah dan elegan dengan inovasi dan variasi
yang dapat dikombinasikan dengan ornamen-ornamen islam yang dulu pernah
populer. Dengan menggunakan metode kajian pustaka dan pengumpulan data, kita
akan melihat konsep kesederhanaan yang dianjurkan dalam islam dapat menjadi
sebuah arsitektur yang dapat diterapkan hingga kini dan dapat berbaur dengan
arsitektur di sekitarnya melalui gubahan bentuk bangunan, fasade, maupun
interior bangunan. Dengan konsep kesederhanaan ini kita juga dapat menunjukkan
bahwa islam bersama arsitekturnya adalah arsitektur yang ramah terhadap alam
dan lingkungan sekitarnya serta terbuka bagi seluruh kaum yang ada.
Kata Kunci: Arsitektur Islam, Konsep Ottoman,
Ornamen
Pendahuluan
Masjid merupakan simbol budaya Islam dan juga
wadah untuk bersosialisasi bagi umat Islam, seperti yang dicontohkan Rasulullah
SAW, bahwa beliau menjadikan masjid sebagai basis dakwah serta interaksi sosial
beliau terhadap umat Islam yang menerima ajarannya. Dalam sejarah Islam masjid banyak
dibangun dalam bentuk dan rupa yang artistik. Titik puncak kejayaan Islam yang
diperlihatkan dari segi karya arsitekturnya setelah Rasulullah SAW wafat adalah
pada masa pemerintahan kekhalifahan Abbasiyah pada masa 737-961M (Ansary, 2012:
146-161). Arsitektur islam memang erat kaitannya dengan arsitektur Masjid,
mulai dari segi tatanan ruang, ornamentasi, hingga struktur yang digunakan
dalam bangunan tersebut. Banyak yang menilai bahwa arsitektur islam dan
arsitektur masjid identik dengan pemakaian ornamentasi yang cukup banyak dan beragam serta terdapat tidak hanya pada
eksterior bangunan, melainkan hingga interior bangunan. Masjid merupakan simbol
budaya Islam dan juga wadah untuk bersosialisasi bagi umat Islam, seperti yang
dicontohkan Rasulullah SAW, bahwa beliau menjadikan masjid sebagai basis dakwah
serta interaksi sosial beliau terhadap umat Islam yang menerima ajarannya.
Dalam sejarah Islam masjid banyak dibangun dalam bentuk dan rupa yang artistik.
Titik puncak kejayaan Islam yang diperlihatkan dari segi karya arsitekturnya
setelah Rasulullah SAW wafat adalah pada masa pemerintahan kekhalifahan
Abbasiyah pada masa 737-961M (Ansary, 2012: 146-161). Menurut Ismail Raji
Al-Faruqi arsitektur termasuk dalam esensi seni menurut islam, hal ini dikarenakan
arsitektur merupakan seni visual yang mendukung kemajuan islam.
Melalui dunia arsitektur, islam dapat dikenal
oleh banyak kalangan, mulai dari cendekiawan hingga orang awam. Arsitektur
Masjid yang khas dengan ornamentasi bergaya arabesque sering dijadikan patokan
bahwa arsitektur islam sama dengan arsitektur bergaya arabesque memiliki corak
ornamentasi yang sifatnya simetris dan bermain dengan warna. Padahal tidak
selamanya arsitektur islam identic dengan arsitektur bergaya arabesque. Pada
hakikatnya arsitektur islam tidak hanya arsitektur bergaya arabesque, akan
tetapi seni arsitektur yang memiliki ketepatan fungsi, mencerminkan sebuah
kesederhanaan, orang yang berada di dalam bangunan terutama bangunan Masjid
dapat merasakan kekhusyukan dan kebesaran Allah, dan saat mereka melakukan
aktivitas di dalamnya dapat merasakan kenyamanan dan ketenangan. Arsitektur
islam tidak harus ditekankan pada ornamentasinya terutama pada interior karena
ornamentasi pada interior bangunan terutama bangunan Masjid dapat mengurangi
konsentrasi pengguna dalam beribadah. Auliyah menuturkan bahwa arsitektur
sebagai salah satu bidang keilmuan hendaknya juga selalu berpijak pada
nilai-nilai islam yang bersumber pada al-Qur’an. Nilai-nilai yang terkandung
dalam al-Qur’an terutama yang mengenai dengan arsitektur dan lingkungan dapat
dijadikan dasar dalam berarsitektur agar bangunan yang dirancang dapat menjadi Rahmatan Lil ‘Alamin.
Kajian
Pustaka
Arsitektur
Islam
Arsitektur Islam adalah itu adalah arsitektur
yang di dalamnya nilai Islam diterapkan, seperti nilai penghambaan terhadap
Allah melalui desain bangunan, nilai kesederhanaan, nilai keadilan, nilai
pengakuan terhadap hak orang lain, dan nilai-nilai Islam yang ada.[1]
Arsitektur
Utsmaniyah
Arsitektur
Utsmaniyah adalah arsitektur Kesultanan Utsmaniyah (Kekaisaran Ottoman) yang
bermunculan di Bursa dan Edirne pada abad ke-14 dan ke-15. Arsitektur
kekaisaran tersebut berkembang dari arsitektur Seljuk yang lebih awal dan
dipengaruhi oleh arsitektur Bizantium, juga arsitektur Iran. serta tradisi Islami Mamluk setelah
penaklukkan Konstantinopel oleh kaum Utsmaniyah.Selama hampir 400 tahun
artefak-artefak arsitektural Bizantium seperti gereja Hagia Sophia berperan
sebagai model untuk banyak masjid Utsmaniyah. Secara keseluruhan, arsitektur
Utsmaniyah dideskripsikan sebagai arsitektur Bizantium yang dipadukan dengan
tradisi-tradisi arsitektural Mediterania dan Timur Tengah.
Karenanya, atau
sejak saat itu, kaum Utsmaniyah mencapai arsitektur tingkat tertinggi di negeri
mereka. Mereka menguasai teknik membangun ruang dalam yang luas yang dilingkupi
dengan kubah besar namun tampak ringan, dan meraih harmoni sempurna antara
ruang dalam dan luar, serta bayangan dan cahaya yang artikulasikan. Arsitektur
keagamaan Islami yang hingga saat itu merupakan bangunan sederhana dengan
dekorasi ekstensif, ditransformasikan oleh kaum Utsmaniyah melalui suatu
perbendaharaan arsitektural yang dinamis pada lengkungan, kubah, setengah
kubah, dan tiang (kolom). Masjid ditransformasi dari sebuah ruang yang gelap
dan sempit
dengan dinding
bercorak arabes menjadi sebuah tempat sakral dengan keseimbangan teknis dan
estetika, mempertajam keanggunan dan indikasi transendensi surgawi.
Pembahasan

Pembangunan Masjid Tokyo Camii dilakukan pada tahun
1938, saat orang dari provinsi Qazan di Turki datang ke Jepang dan membangun
masjid ini.
Setelah
Revolusi Rusia pada tahun 1917, bangsa Tatar mengungsi untuk melarikan diri
dari tekanan, penindasan dan genosida melalui Manchuria. Pemerintah Jepang
mengeluarkan visa untuk menerima mereka, mereka mulai bermigrasi ke Jepang dan
terbiasa hidup di Jepang. Pemerintah Jepang mengumpulkan dana dari beberapa
perusahaan dan meminta kontribusi dari banyak umat Muslim sehingga berhasil
membangun masjid.
Penerapan Konsep Ottoman khas turkey sangat jelas terlihat pada
eksterior Masjid. Konsep ottoman yang tampak pada Masjid ini terlihat pada
bentuk bangunan arsitektural yang
dinamis pada lengkungan, kubah, setengah kubah, dan tiang (kolom). Masjid
ditransformasi dari sebuah ruang yang gelap dan sempit dengan dinding bercorak
arabes menjadi sebuah tempat sakral dengan keseimbangan teknis dan estetika,
mempertajam keanggunan dan indikasi transendensi surgawi, dan bertujuan
memaksimalkan penggunaan ruang di dalamnya. Bangunan berbentuk kotak berusaha
meminimalisir timbulkanya efek ruang negative pada bangunan. Tidak hanya bentuk
bangunan yang kotak, ornamentasi yang digunakan pada Masjid ini juga banyak menggunakan ornamen khas turkey yang
sangat menonjol. Fasade bangunan yang didominasi penggunaan batu alam berwarna
krem.. Nilai-nilai keislaman tentang kesederhanaan sangat diterapkan oleh sang
arsitek dalam usaha menciptakan sebuah rumah ibadah kaum minoritas yang tetap
berbaur dengan lingkungan tempat Masjid dibangun

Pada tahun 2000, Masjid Tokyo Camii direnovasi untuk meremajakan bangunan masjid yang sudah tua. Selain air, baja dan beton, material yang digunakan dalam renovasi ini semuanya berasal dari Turki. Sejak renovasi itu bangunan masjid dengan arsitektur bergaya Ottoman Turki ini selalu dipandang bernilai tinggi dan menawan.
Pada lantai pertama, Anda dapat menemukan toko
suvenir yang menyediakan karya seni dan kerajinan tradisional Turki, serta
ruang yang digunakan untuk mengadakan seminaratauacara.


Pameran karya seni


Pameran karya seni
Ini sangat menarik menurut saya, selain kita
beribadah shalat dimasjid ini kita juga dapat melihat lihat karya seni tradisional
turkey maupun ingin membeli souvenir itu sendiri.

Di dalam ruang shalat
-Didalam ruang sholat memberikan kesan begitu nyaman agar jamaah
yang datang dapat shalat dan berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.

Dinding masjid
-Dinding masjid banyak dihiasi dengan ornamen ornamen khas
turkey yang membuatnya semakin elegan dan menyegarkan mata.

Di dalam kubah masjid

Arsitektur Islami dengan pola geometris yang unik.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
arsitektur islam erat kaitanya dengan arsitektur Masjid. Dari dunia
arsitekturlah islam dapat dikenal luas oleh masyarakat karena keindahan ornamen
yang sering ditonjolkan pada bangunan Masjid.Misalnya masjid camii ini Salah satu yang menerapkan prinsip arsitektur ottoman yang
dikenal dengan ornamen ornamennya yang khas dan unik .
Masjid Camii
tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, akan tetapi juga digunakan sebagai
pusat kebudayann
turkey yang ada dijepang dan tempat menikah muslim yang berada di jepang, tempat musyawarah, pameran seni, perpustakaan, Masjid ini mampu membuktikan
kebatilan islam sebagai agama Rahmatan
Lil ‘Alamin dan dapat diterima ditengah-tengan masyarakat tanpa harus takut
terusik dan hal-hal semacamnya..
Konsep ottoman khas turkey sangan jelas terlihat pada eksterior Masjid.
Mulai dari penggunaan material dinding berupa batu alam dengan berbagai warna elemen ekterior . dan banyak ornamen
ornamen khas turkey pada bangunan ini.
Daftar
Pustaka
·
Ansary, Tamim. 2009. Destiny Disrupted: A History Of The World Through Islamic Eyes Atau
Dari Puncak Bagdad: Sejarah Dunia Versi Islam. Terjemahan. Yuliani Liputo.
2012. Jakarta: Zaman
·
https://ganaislamika.com/suleiman-agung-6-pencipta-gaya-arsitektur-ottoman/